22.50

Halo, Pa, apa kabar? Ini secarik tulisan untuk Papa yang ke dua. 

Kali ini usiaku sudah menginjak kepala dua, tidak terasa, padahal baru saja kemarin aku masih mengenakan seragam putih abu, rupanya, sekarang usiaku sudah benar benar harus menata masa depan yang sesungguhnya.

Papa, banyak sekali pikiran buruk tentangmu yang selalu membuatku terluka, membuat aku merasa, apakah harus aku merasa "Aku tidak mempunyai Papa?"

Tapi, ketika kali terakhir aku bertemu denganmu, aku terluka bukan karna dirimu begini begitu karna alasan yang sama ditulisanku sebelumnya, melainkan karna melihatmu sudah semakin tua, dan tidak ada aku didalamnya, 

Terkadang aku merasa gagal menjadi anakmu, yang tidak pernah berbakti bahkan menghargaimu sedikitpun, aku terlalu teramat dalam merasa sangat dilukai oleh sikapmu, merasa paling sangat tidak dilihat keberadaanku, padahal aku juga secara tidak langsung melakukan yang sama, ya kan? Lalu, siapa yang harus mengalah, Pa? Aku yang baru beranjak dewasa, atau Papa yang sudah menjadi orang dewasa?


Akhir-akhir ini aku terlalu sering memikirkan, apakah yang aku lakukan ini salah? Aku yang merasa;

Marah karna sikapnya,

Marah karna ungkapnya yang kecewa juga terluka karna keadaan lalu,

Marah karna ia yang tidak berperan sama sekali sebagai papa ketika jarang bertemu,

Marah karna ia selalu tidak mau berjuang dulu,

Marah karna ia selalu merasa yang paling dilukai,

Marah karna nyatanya Papaku tidak seperti Papa papa yang lain, 

Apakah aku salah, selalu mengungkit tentang yang ia lakukan ketika aku sedang merasa dilukai atau melukai? Apakah aku salah, ketika mengingat semua yang ia lakukan sangat membuatku menaruh benci, dan apakah aku salah ketika aku sedikit merindukannya aku lebih mengurungkan rasa itu dan lebih mengingat pada apa yang ia lakukan, sehingga membuatku membesarkan rasa gengsi juga amarah. Apa aku salah?

Papa, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, aku merasa ada yang aneh dengan diriku, berkali kali ketika aku mencintai pria lainpun, seketika, aku teringat sikapmu yang membuatku, aku takut terlalu mencintainya, aku takut kedepannya ia akan sepertimu, tidak bisa memperjuangkan dan hanya banyak mengeluh serta menyalahkan keadaan, aku terlalu takut akan sikap pasanganku kelak sepertimu, sehingga setiap kali ada yang mirip, dan ketika aku ada di masa aku sangat mencintainya, bisa memudar begitu saja karna rasa takut itu, dan membuat diriku menjadi tidak mempunyai rasa apapun namun mempertahankan hubungan atas dasar kasian, tidak enak, dan takut melukai, beberapa kali mengulang selalu seperti itu, aku jadi berpikir, apakah ada yang salah dengan diriku?

Papa, banyak sekali hal yang semakin hari semakin membuatku takut, banyak sekali secara tiba tiba yang membuatku merasa tertekan, namun sering kali juga, aku menutupinya dengan sikap tidak peduliku,