21.42

Tuan, bagaimana kabarmu? Tentu yang ku harap Tuan baik-baik. 
Tapi Tuan, bisa izinkan aku untuk merindukan, Tuan? Tetapi rindu yang terbalaskan?
Aku harap Tuan menjawab, Iya.

21.36

Untuk yang pernah datang lalu pergi
Untuk yang pernah mengatakan cinta kemudian diam
Untuk yang pernah menyatakan sayang kemudian bisu
Untuk yang pernah berjanji tidak akan melukai tapi malah menyakiti
Sekarang,
Semua hanya di jadikan sebuah tulisan, tulisan yang mungkin tiada arti bagimu, dan tulisan sederhana namun menurutku menyayat hati.
Aku kembali lagi merasakan luka yang begitu hebat, luka yang kamu ukir dalam diam, dan, yah, aku sangat amat terluka oleh kepalsuanmu.

21.22

Berpura-pura tak mencintainya? Padahal jauh di lubuk hati ini banyak kerinduan yang aku simpan untuknya.
Merelakannya berbahagia dengan pilihannya? Itulah satu-satunya cara agar berfikir, 
bahwa mencintai tidak harus memiliki.

21.17

Terimakasih untuk kebahagiaan yang pernah kamu berikan dan maafkan aku yang tak pernah bisa menjadi apa yang kamu inginkan.

21.11

"Mengulangi, hanya untuk mengukir luka kembali."

21.06

Apakah sebuah kesalahan besar, jika aku masih merindu kamu sampai saat ini? Luka ini, belum sembuh, jika terasa, yang kuingat hanya kerinduan untukmu. Aku merindu teramat sangat rindu. 
Semoga kau juga.

20.26

Mengapa kepedihan yang datang tak pernah ada ujungnya? Seperti anjing yang terus mengejar-ngejar ketika seseorang berlari di dalam lingkaran, seakan-akan aku yang membuat kesalahan dan aku yang tetap bersalah. Adilkah? Setelah aku mencoba merasa membaik, tapi ternyata semuanya hanya ilusi. Aku tetap saja merasakan sakit, luka, yang tak ada hentinya, lalu? Mengapa obat itu sangat sulit ditemukan? Mengapa luka ini harus terus membara?

20.23

Saat aku berpura-pura tak mencintainya, justru perihal salah yang telah aku lakukan selama itu. Menjauhkan rasa cinta, sayang, rindu, dan hanya berusaha membenci padahal tak ada yang harus dibenci. Lalu pada kenyataannya itu semua luka yang aku gali sendiri, lubang yang sudah aku siapkan sendiri untuk terjatuh. Aku dengan bodoh merelakan hatiku untuk terluka, untuk kebahagiaan yang dicarinya setelah terluka karna sikapku.

11.13

"Aku, yang pernah mencintai tapi tak di hiraukan, yang pernah berjuang tapi di acuhkan, yang pernah bertahan tapi di khianati."

Lebih bodoh daripada banci sekalipun

20.18

Pria sepertimu, pria yang tidak tau di untung. Mengapa begitu? Setelah ada wanita yang mencintaimu apa adanya, menyayangimu dengan sepenuh hati, mempertahankanmu dengan penuh kesabaran, memperjuangkanmu walau terkadang perjuangan itu harus diterjang sendiri, tapi kamu? Kamu sesekali membuangnya, sesekali juga menariknya, ah bukan sesekali, mungkin saja sudah tidak dapat di hitung jari, dimana pikiranmu? Dimana otakmu? Mana hati nuranimu? Kamu fikir perasaan itu sebuah permainan? Dengan mudahnya kamu menarik ulur perasaan seseorang, itu hati bukan layangan. Masih kah kurang untuk memilikinya? Hah? Kurangkah? Pria penuh berkekurangan bukan pria sesungguhnya, pria banyak bicara bukti setitik bukan pria yang pantas untuk di banggakan.
Banci saja masih punya hati, masih bisa menilai mana yang harus dipertahankan mana yang harus disia siakan, mana yang harus dibodohi, mana yang pintar. Dan kamu yang katanya laki-laki tulen, buat menghargai secuil pun perasaan perempuan, enggak.

19.29

Sekuat apapun kamu, 
Selama apapun kamu,
Setahan apapun kamu,
Mempertahankan juga memperjuangkan.
Tetap saja jika seseorang berkali-kali mengulangi kesalahannya dan berkali-kali kamu harus memaafkannya, bukan suatu hal yang pantas untuk tetap pada keras kepalamu.
Karna, selain melukai hati sendiri kamu juga tidak menghargai diri sendiri.

Jika mengerti, perubahan semuanya tergantung pada dirimu.

c e r a m a h ke satu

18.50

When i see my friend like a husband and wife, i feel so "ewh". Why can be like that? Because....i really so ilfeel, why can? I don't know, jadi gini masih di usia dini, u so dependence sama pacar, yea i know, u dependence with u'r boyf not the other person, but i feel n i see, hello!! Kamu masih muda keleus, idup tuh masih panjang, nyesel tuh nanti pas udah kawin, pas udh bener bener idup bedua sm suami, selagi muda, selagi masih ngejalanin idup dikasih makan sama orang tua, jangan pernah mau ngerasa di tarik ulur sama orang, apa lagi kalau segala sesuatunya harus sama satu orang, gak, gak banget, jangan, karna kita hidup masih membutuhkan banyak orang, bukan cuma satu orang, masa iya satu orang itu klo gak bisa apa apa ikut gak bisa, berasa udah sepaket, berasa udah gimana aja gitu, padahal sama emak bapaknya belon tentu kan kaya gitu. Jadi please buat u, u, u, idup tuh nikmat sesaat men, jangan mau rugi di pas tua gak ngerasain masa muda bareng sobat sobat temen temen, because klo udah gede nanti klo udh nentuin idup masing masing nanti buat meet up satu menit pun selalu berbagai macam alasan, n u bakalan nyesel krn mungkin nanti disaat u kesepian temen temen u udh sibuk ngurus idupnya dan u sad sad karna keilangan temen.
Ok sekian gue ceramahnya. Ini perlu diabadikan. Because takut gue khilaf&jangan sampe khilaf krn gue masih membutuhkan seorang temen. Tq

12.31

Semesta mengizinkan bulan bertemu dengan mentari. Disaat bulan menyimpannya dalam-dalam kerinduan pada mentari. 
Lalu, apakah aku dapat bertemu bersama kembali dengannya? Disaat aku selalu menahan rindu yang mendalam ini?

12.29

Bulan tadi di izinkan Semesta bertemu mentari,
cinta bermanja setelah rindu sekian lama.
Aku bertanya, apa itu kita? Apa kita akan seperti itu?

11.32

"kamu, adalah ketidakmungkinan untuk kembali."

11.12

Ku harap kabarmu baik-baik saja, tuan.
Ku harap kamu selalu berbahagia bersama pilihanmu itu.
Tapi tuan, maaf.
Kali ini aku merindumu, sangat amat merindu.
Entah dari sisi mana aku merindu, tapi yang jelas, ini rindu tak beralasan.
Aku merindu, karna aku mencintai.

"Mencintai, tidak harus memiliki."
Ya, aku percaya.
Memilikimu seutuhnya, hanya sebuah ilusi.
Dan ku harap, pilihanmu tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Aku percaya, kamu pria yang pandai membahagiakan wanita, dan tolong hargailah wanitamu, jangan sampai segores pun kamu melukainya lagi.
"Rindu ini, rindu tak beralasan, rindu ini rindu penyesakan, rindu ini rindu sangat merindu, dan ku harap ini rindu teramat rindu yang terakhir kali."

18.25

"Meski aku selalu merindunya, tak kan secuil pun niat atau pikiran untuk kembali bersamanya, sekali pun jika memang ditakdirkan."

05.28

Teruntuk kamu,
Memang benar, melupakan seseorang yang sudah bersama selama mungkin itu tidak mudah.
Memang benar, mengikhlaskan seseorang untuk benar-benar pergi tidak bisa.
Memang benar, berjuang dan usaha itu harus dilakukan jika ingin membuktikan bahwa kita benar mencintainya.

Tapi,
Apakah harus kamu terluka amat terluka karnanya?
Apakah harus kamu terus-terusan tak di hargainya?
Apakah harus kamu dibawanya terbang lalu dijatuhkan sekeras mungkin?
Apakah harus kamu perempuan yang banya di idolakan pria ditarik ulur oleh pria brengsek itu?

Tidak sayang, tidak. Semua jawabannya tidak. Kamu tidak pantas bersi keras menguatkan hatimu agar dia membaik. Sudah jelas beberapa kali kamu disakiti, di ingatkan oleh Tuhan dengan cara menyakiti hatimu berulang kali agar kamu percaya bahwa dia, pria mu itu, bukan pria yang pantas untuk merasakan perjuangan pedihmu.

Teruntuk kamu,
Entah sekarang seperti apa anggapanmu padaku. Yang jelas, beribu maaf membisu yang ingin aku lontarkan. Banyak cerita tentangnya yang ingin aku ceritakan. Banyak sekali sesuatu yang ingin aku katakan, nasihat dan semangat yang ingin aku ucapkan.

Teruntuk kamu,
Ingatlah, perempuan yang baik hanya untuk pria yang baik. Aku mengetahuinya, kamu wanita yang baik. Perjuanganmu, usahamu, kesabaranmu, sudah menandakan kamu wanita yang baik. Maka dari itu, perbaiki hatimu jangan pernah mau lagi di perbudak oleh pria, jangan pernah lagi berharap pada manusia, dan serahkan semuanya sama yang di atas. Karna pilihannya, meskipun pedih, tapi nantinya kebahagiaan akan menemanimu. Percayalah.

05.16

"Seharusnya kamu mikir, pria itu berani menyakiti kamu, karna pada perempuannya dulu saja, pria itu seenak jidat memilih kamu, padahal perempuan itu sedang amat sangat terluka berjuang sekeras mungkin agar pria itu tidak pergi, nyatanya? Pria itu begitu mudah mengucapkan selamat tinggal yang pada akhirnya kembali pada perempuan itu, apakah kamu mau menjadi layang-layang juga untuknya?"

Kata-kata itu tak pernah lepas dari telingaku, menguatkan aku hingga sekarang, meyakinkan aku bahwa pria seperti itu bukan yang pantas untukku. Tapi demi Tuhan, mengapa ada pria se keji itu? Bagaimana mungkin dia tak bisa menghargai wanita? Ah sudahlah, akan ada waktunya dia merasakan luka aku dan luka perempuannya.

16.00

Harus sekuat apa lagi untuk terlihat baik-baik saja? Harus setegar apa lagi aku melihat lelaki dan wanita itu berbagi tawa dan cerita di depan mata?

Mengeluh seperti ini, apakah aku gagal akan usaha ku sebelumnya, untuk melupa pada kamu yang menyakiti?

16.00

"Karna memang pada akhirnya, kita bukan untuk yang di inginkan."

Kata-kata yang selalu terngiang di telinga, terbayang di mata, dan terluka di hati.

Ya tuhan, bagaimana bisa hati ini harus berlabuh pada pria seperti itu?

benci tapi rindu

15.53

Sudahkah sadar akan kesalahanmu, tuan? Ya tuhan, ingin sekali aku meneriakimu dengan segala kata-kata kotor membasahi wajahmu juga berkata bahwa aku sangat terluka olehmu. Bagaimana bisa disaat kebencian karna luka ini aku harus merindukanmu? Berulang kali, ku tolak mentah mentah pikiran dan perasaan merindu ini untukmu, tapi mengapa ku paksa hanya menimbulkan sesak tak ada hentinya? Apakah ini adil untukku?

Tuan, harus bagaimana lagi aku menahan rindu ini? harus sekuat apa lagi aku melupa padamu?

masih menyantap luka

21.19

"bagaimana jika aku tak kunjung sembuh dengan luka ini?" kataku pilu

"semua tergantung kepadamu, apakah kamu akan terus menatap lukamu atau menyembuhkan lukamu?" jawabnya dengan penuh perhatian

"aku tidak tahu, lukaku begitu dalam, sangat sakit, aku tak tau bagaimana menyembuhkan luka sedalam ini, aku benar benar terluka, hatiku begitu terluka" ucapku sembari diikuti air mata

"begini saja, aku mencintaimu, dan jika kamu mencoba mencintaiku, kemungkinan besar luka mu itu akan membaik, aku berjanji" katanya meyakinkanku dengan sejuta harapan

"ah sudahlah, jangan pernah mengucap janji padaku, menurutku janji itu hanya sebuah permainan, hanya sebuah ikatan sementara, dan aku tak kan pernah mempercayai apa itu janji" kataku sambil mengusap air mata di pipi

"ah mungkin, caraku mengajakmu untuk mencintaiku salah, maaf, aku hanya ingin mengutarakan perasaanku saja" katanya

"tapi, percayalah, akan ada dimana kamu akan selalu berbahagia susah senang bersamaku, tunggulah" lanjutnya dengan penuh harap menatap mataku untuk meyakinkan.

Aku hanya berdiam, menatap hujan yang membawa airmataku juga turun. Aku benci, aku benci akan hal ini. Terluka. Aku benci saat semuanya ku mulai dengan baik, saat semuanya ku awali dengan keseriusan. Nyatanya perasaan sesal menyesal dan kecewalah yang menghampiri.
Bagaimana bisa? Ah ya Tuhan, begitu bodohnya aku bisa begitu saja mempercayainya. Benci. Aku sangat membencinya.