22.03

Pada akhirnya, bagian ungkapku dan ungkapmu, sama sama saling menyalahkan (lagi).

22.29

Nyatanya, ada wanita yang diam-diam menyukaimu.
Mengagumimu melebihi aku.
Menyukaimu melebihi aku.
Mungkin, menyayangimu melebihi aku.


Dan perlu kamu tau, tulisanku kali ini bercampur aduk dengan api cemburuku.

23.49

"Malam ini, bersama kenangan, dan memupuk banyak kerinduan."



13.26

"Nyatanya, aku perempuan lemah, 
yang tidak se-tegar itu ketika kau pikir tentang kuatku."

13.25

Sore ini, sembari di temani hangatnya greentea dan Michael Bubble - Lost, ada bait-bait yang ku pikirkan, namun sedikit kesulitan untuk aku ungkapkan, perihal tentang, aku, kamu, dan dia.
Ah, iya, saat ini aku menulis ketika bagian hatiku masih menyayangimu, membutuhkanmu, maaf, aku terlalu serakah, menahanmu pergi, namun membiarkannya masuk.
Tuan, entah bagian mana lagi yang harus ku katakan pada mu, tentang, aku mengharapkannya, mendambakannya, namun, aku membutuhkanmu, dan menyayangimu. Hanya saja, tidak sebesar ketika dulu kamu dan aku masih benar benar saling mencintai. Apa aku terlalau serakah?


Dariku, yang katamu masih kau cintai namun jalani saja,
dan, katanya menganggapku hanya sebatas teman karna mempertahankanmu.

13.21

Kamu bilang kamu hanya ingin sebatas teman denganku,
namun sikapmu, terkadang terlihat tidak layak untuk sebatas teman,
aku mengharapkanmu,
menginginkanmu untuk aku miliki,
tapi sikapmu, terkadang acuh, namun peduli.
Jadi, aku harus bagaimana?
Tetap bersama harapanku,
atau
meninggalkan harapan yang hanya sekedar harap?

13.18

Ada hati yang mesti ku simpan hingga nanti,
nanti entah ketika sama sama sudah tidak mengenali.
Namun, akan ku simpan di bagian tulisanku terdalam,
aku pernah mengharapkanmu,
pernah mendambakanmu,
bahkan memimpikanmu,
untuk menjadi bagian dari bangunku tiap fajar.

20.28

Lima ratus lima puluh dua hari berlalu dan berakhir di penghujung besarnya keegoisan diantara aku dan kamu. Padahal sama sama masih mencinta, menyayangi, bahkan merindu. Namun, kita kalah dengan besarnya ego masing masing. Kita sadar tanpa di sadari, masing-masing saling menyalahkan sehingga kesulitan jalan keluar untuk memperbaiki, kemudian berakhir lah di perpisahan. Menyerah mengenai lamanya hubungan, dan dikalahkan oleh keegoisan. Aku tidak menyalahkan kamu, apa lagi tentang menyerahnya pada hubungan kita.

Aku, hanya menyalahkan, aku yang masih meniman keegoisan dan trauma pada hubungan kita.


Tertanda,


Aku, yang masih mencintaimu.

16.12

Teruntuk kamu,
bagian dari separuh hatiku.
Yang harus kupaksa memudar karna takdir.
Maaf di kurang lebih empat ratus hari kita bersama, bagian terbesar yang kamu dapat hanya luka dan kecewa.
Maaf, aku yang dengan tega membiarkan hatiku dan hatimu tidak untuk benar-benar bersama.

16.08

Aku turut mendo'akan kebahagiaanmu, bersama wanita yang lebih pantas buatmu.

16.07

Aku membiarkanmu menyimpan benci karna sikapku.
Dengan begitu, kamu akan mudah menemukan bahagia mu yang sesungguhnya, bukan aku, yang dengan kenyataannya, membuat banyak luka buatmu.

15.54

Bersama rindu aku menulis, mengucapkan banyak terimakasih, dan selamat tinggal. Mungkin memang harus akhirnya seperti ini, aku pergi dengan keputusannku, kamu pergi dengan caramu. Bagian bait yang sulit untuk di lepaskan, namun, ada banyak luka yang menganga dari masing masing kita. Memang bukan ini bagian yang kita inginkan, tapi ego kita mengantarkan pada tujuannya masing-masing. Tuan, banyak sekali yang masih ku rindukan dalam diam dan sendiri dalam kekosongan ruang yang selalu mengantarku pada kenangan, namun, ketika tidak mampu ku bendung, aku selalu tega menjatuhkan air mataku dengan sengaja, maaf, lagi lagi aku masih sering menangis, bahkan karna kita, aku minta maaf. Tuan, ini memang keputusan terberatku selama aku hidup, maaf jika selama kita bersama,  tidak ada bahagia dalam kisahmu, aku pamit dan aku mundur..

23.26

bu imas, adalah saksi, ketika kamu bilang "mau nambah lagi ga?" dan aku hanya senyum terspu malu hahahahahhahahaha

12.43

Kau sudah berusaha keras membuatku jatuh mencintaimu, namun mengapa kau pula yang membuatku jatuh terluka karnamu.
Semenyerah itukah kau?
Hanya sebatas bertahan seperti itu saja?

12.41

Seharusnya kau lebih paham, aku typical terlalu mudah jatuh cinta, dan terlalu sulit melupakan.
Tapi kenapa kau menyerah dengan tega?

09.59

Sesulit itukah untuk menyayangi saya dengan tulus?
Sesulit itukah untuk tetap menganggap saya anak terhebatmu?
Aku bahkan dengan tenang menganggap semuanya akan membaik, bahkan aku seperti memikul sendirian luka bertahun-tahun ini, tapi mengapa kau yang tak mengurusku, berani-beraninya menilai Ibuku itu mementingkan dirinya sendiri?
Sepicik itukah anda? Dan apakah pantas panggilan Papa ku sebutkan untukmu?

09.52

Aku hanya memintamu untuk tetap bersamaku dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan hingga rambut kita memutih, mengapa sesulit itu?
Aku yang dengan tega karna terlalu memaksa, atau,
Kamu yang memang bersikeras tidak memikirkan bahagianya kita di masa depan?

09.48

"Tuhan, bisa izinkan aku untuk tinggal bersamanya dalam kurun waktu yang lama? Aku hanya merasa tidak mampu menahan semuanya sendirian, tentang rindu.."

09.43

Tau diri aja kali, Ca.
Bukan siapa siapa, gak ada apa apa.
Gak usah terlalu berharap banyak.

16.38

Sore itu, ditemani secangkir kopi disalah satu masjid di Kota ku. Aku memikirkan bagian-bagian yang tak sepenuhnya mungkin orang lain pikirkan, menurutku sih. Contohnya seperti, mungkinkah jodohku manusia atau malah maut? Terngiang-ngiang, bahkan, menjadi salah satu kalimat  yang terbayang ketika di waktu senggang. Enggan untuk membayangkan, tapi menjadi bagian dari semangatku ketika Imanku lemah, ketika aku tidak melibatkan allah dalam sesuatu hal, hingga aku terbiasa, bahwa bagian dari Iman, perlu aku pertahankan, sehingga, apapun yang menghampiri, aku sudah siap dengan bekalku, baik untuk di dunia, maupun akhirat.

- sore itu bersama secangkir kopi dan lamunan perempuan -

17.27

kau tau aku lemah,
kau tau aku rapuh,
tapi, kau berusaha tidak mengetahui apa yang sebenarnya kau ketahui.
dan, aku, berusaha, untuk tetap berkata "lihat, aku baik baik saja kan? tidak usah menghiarukan, apa lagi mengkhawatirkan aku" sembari tersenyum paksa.

17.25

ada seperempat bagian dariku yang hilang, yaitu, kamu.

17.23

maaf, jika sampai saat ini, aku masih rindu, meski malu mengakui.

17.22

coba, bayangkan,
seberapa sering keseharianku dipenuhi olehmu?
seberapa sering kamu selalu jadi seperempat bagian denganku?
seberapa sering yang kita lakukan bersama sama?
dan kamu selalu mengatakan, pasti mudah bagiku, karna yang menyudahi aku? begitu bukan?
tuan, jika memang mudah, mengapa aku masih mau ber malu malu untuk menghubungimu? walaupun katamu jarang, tapi jarangku, menutupi gengsiku, karna kesalahanku, mengakhiri kita.

17.18

"bagimu mungkin mudah, tidak bagiku."