07.36

Aku tidak pernah tau, se-asing apakah aku buatmu? Padahal, aku sendiri, selalu menganggapmu orang yg berbeda status denganku dari yang lain. Memangnya sulit, ya? Menganggap aku, sebegini adanya? Aku buatmu, tak kemana mana, tapi kenapa? Sikapmu seolah olah, aku mau kemana mana, apa itu yang kamu inginkan? Tak lagi terbebankan dengan apa adanya sikapku yang begini?

07.33

Aku pernah merasakan sakit, bahkan sempat kesulitan untuk sembuh. Jadi bukan hal yang sulit lagi bukan, jika aku kembali lagi merasakan sakit itu?

16.20

Well, aku selalu menganggap semuanya baik-baik aja, sampai saat ini. Tapi tanpa aku sadari, aku mengidap sebuah trauma, entah seperti apa, tapi setiap kali suatu kesalahan yang sepele aku perbuat, membuatku getir dan ketakutan, kalau bukan aku tipikal anak yang mudah bergaul, aku tidak akan menjadi aku yang sekarang, mungkin sudah terbekam di suatu Rumah Sakit. Hehehehe, kok bisa ya? Bayangin aja, hampir setiap hari, hal kecil selalu aku pikirin, hal kecil selalu aku buat takut, hal kecil selalu aku buat nangis (sekarang gak terlalu), dari yang aku anggap hal kecil, dengan caraku menanggapinya, semuanya malah jadi hal besar. Aku selalu cerita apapun, bahkan semuanya, tentang hidupku, pada orang yang aku anggap dekat. Tapi setiap setelah aku bercerita, mereka hanya berkata Sabar, memangnya sepanjang aku bercerita dan sembari melihatku bercerita aku tidak terlihat sabar ya? Bayangkan saja, ini sudah termasuk titik terkuatku, 19 Tahun 10 Bulan, aku benar-benar terlahir menjadi perempuan, kuat, tegar, dan mandiri, tapi Orang Tua ku tidak mengakuinya, maybe hehehe. Aku menulis, seperti ini, aku sudah cukup lelah, tidak tau harus sekuat apa lagi aku menjalani semua ini, tidak tau harus dengan cara apa lagi, aku benar-benar mampu terus menebar senyuman, padahal hatiku benar benar kalut, aku terluka, sangat amat terluka. Aku sakit, dan kesulitan mencari obat apa yang mampu menyembuhkanku. Menyembuhkan, Pikiran dan Hatiku.

16.06

"Cintai dulu Tuhanmu,
Kemudian Aku,
agar kamu tidak merasakan sakit hati,
Karna terlalu berlebih mencintaiku."

16.05

Aku terlalu takut mencintai makhluk Allah terlalu berlebih,

Aku terlalu yakin, jika aku berharap pada manusia, hanya luka melulu yang aku dapatkan..
Sekalipun semua orang mengatakan kamu memang terbaik buatku..

Maaf, jika semua sikapku membuatmu keliru, atau bahkan menyerah,
Aku hanya melakukan batas wajar mencintaimu,
Kemudian aku serahkan semuanya pada Allah,
Bukan aku ingin terlihat "Sok Suci"
Tapi ketahuilah,
Sebelumnya aku terlalu lalai dan tidak memperdulikan kuasa Allah,
Allah akan melakukan apapun untukku,
Tapi Aku? Yakin sedikit pada-Nya saja tidak..

Maka dari itu,
Aku hanya menyerahkan semuanya pada-Nya,
Allah yang akan menilaimu baik atau tidaknya untukku,
dan Aku harap, semoga usahamu untuk mencintaiku dan tetap disampingku, 
tidak melebihi usahamu cinta pada Tuhanmu.

22.04

Ini tentang sebuah kepercayaan,
Semua usahaku,
Semua perjuanganku,
Semua sabarku,
Kamu kecewakan dengan adanya perempuan lain,
Ketika aku sedang tidak lagi bersamamu,
Kamu jadikan kesempatan itu untuk mendekati perempuan lain,
Kau paham tidak? Bagian mana yang masih bisa membuatku tegar, dan menerimamu kembali? 
Hatiku, hatiku terlalu tidak apa-apa dan terlalu dibuat lebih untuk memcintaimu.
Aku benar-benar terperangkap, dengan ada apanya kamu, dengan topengmu yang masih berusaha menutupi kesalahanmu.
Aku terluka,
Aku kecewa,
Tapi aku mencintaimu, sangat amat mencintaimu.
Dengan berat, aku berusaha benar-benar selalu menutupi bagaimana aku, bagaimana ketakutanku akan kehilanganmu.

09.27

Lima puluh sembilan hari sudah tak terasa, aku dan kamu membagi senda gurau juga suka cita.
Maaf, jika selama kamu mengenalku, jauh berbeda ketika kamu baru mengetahuiku.
Maaf, jika adanya diriku malah membuatmu terluka melulu atau bahkan menangis.
Maaf, jika cintaku untukmu tidak sesuai apa dan bagaimana harapanmu.

Bukan berarti aku mengeluh, bukan berarti aku tak mampu. Kemampuanku  mencintaimu sebegini adanya, tapi, ku harap, kamu senantiasa menunggu, menuntun, agar terus tetap mencintaimu dalam kebaikan.
Tuan, tak lepas di setiap sujud terakhirku, selalu ku do'akan agar kamu bahagia, agar kamu senantiasa mendapatkan kebahagiaan yang setimpal dengan kebaikanmu.

Terimakasih,
Terimakasih, telah mau mendengar ocehanku, omelanku, yang penting sampai yang tidak penting.
Terimakasih, telah menjadi payung ketika hujan, yang mau melindungiku sebagaimana tugasmu sebagai pria.
Terimakasih, atas segala usaha dan jeri payahmu untuk membuatku tersenyum.

"Semoga, cintamu untukku tidak ikut layu seperti bunga mawar yang kamu beri satu bulan yang lalu, ya."