18.49
Dingin ya? Ah, dingin malam ini tidak seberapa dengan apa yang telah ia lakukan kepada saya. Kau tau? Entah saya sendiri yang melakukannya, entah ia yang melakukannya, entah juga ia yang membantu agar saya melakukannya. Melakukan goresan lagi di hati saya, seperti pria-pria kemarin yang berhasil membuat saya menutup diri.
Saya ingin menceritakan beberapa kisah kebelakang yang membuat saya merasa kembali terluka.
Kemarin, sebelum saya mengenal ia. Ia yang kini melukai saya tiap harinya. Saya di kecewakan, di sakiti, di buat luka sebanyak-banyaknya, dan kau tau? Saya menutup hati saya, saya menutup diri saya, sekuat mungkin saya menjaga hati saya, sekuat mungkin saya berusaha menganggap biasa saja pria-pria yang ingin mendekati saya, entah ini bisa dikatakan trauma atau tidak, saya hanya tidak ingin terluka lagi, apa lagi ketika saya sedang cinta-cintanya. Lalu, ketika saya berusaha untuk menjaga hati saya yang setengah sembuh, ia datang, pikiran awalku, "ia pasti sama seperti kemarin", tapi ketika ia benar-benar ingin merebut hati saya, bukan secara halus, tetapi kasar, ia berkata ia lelah menanggapi saya yang tidak memberi tanggapan padanya, ia berkata ia ingin pergi, kemudian saya berpikir lagi, "benar bukan?ia sama seperti pria kemarin, baru separuh saya ingin memberikan hati, ia sudah menyerah, dan ia ingin pergi.". Ya sudah, saya tidak memaksa pria yang ingin pergi. Saya tidak memaksa untuk tetap tinggal pria yang ingin menyerah pada diri dan keadaan saya. Tapi setelah itu, ia mengatakan sesal, ia masih ingin berusaha, aku mengatakan, "jalani dulu saja, dekati perempuan jangan hanya saya, saya takut jika saya mengecewakan.", apakah saya salah saya berbicara seperti itu? Dan saya pun menjalani semuanya, ketika dari beberapa pria yang mendekati saya, saya memilih ia, mengapa? Karna saya butuh figur pria dewasa yang mampu membimbing saya untuk lebih baik lagi, banyak dari cerita hidup saya mengapa saya lebih memilih pria seperti ia. Memang dasar wanita, tugasnya hanya menunggu, jadi selama saya sudah mempunyai perasaan, tugas saya hanya menunggu. Mungkin karna maksud ia saya hanya banyak diam saja, tidak ada tanggapan apapun, ia kembali menyerah, mungkin kali ini benar-benar menyerah, ia berubah, berbeda 160°, dan tanpa lambat laun, atau pamit, ia pergi. Jelas saya bertanya-tanya, ia bilang ia sendiri serius, ia bukan seperti kebanyakan pria lainnya, tapi mengapa ia menyerah? Dan alasan ia menyerah karna saya tak menanggapinya? Itu bukan alasan yang pas ketika saya pikir ia menemukan wanita lain, karna saya rasa, saya masih selalu membalas message yang ia kirim, mengangkat telfon dan mau berlama lama beradu suara di telepon genggam, saya masih memberi senyum tegur sapa ketika bertemu, dan saya bertanya, dimanakah bagian saya tidak menanggapinya? Saya bukan perempuan yang baik kepada semua pria, jika saya tak suka, saya tidak akan menanggapi tiap-tiap message dan telfon yang masuk. Lagi-lagi saya mempertanyakan, bagian mana saya tidak menanggapinya? Mana yang katanya ia serius, ia tulus? Yang ia katakan itu hanya serius dan tulus di awal pendekatan, kemudian menyerah. Bukan ia yang seharusnya kecewa, tetapi saya yang kecewa. Dan ini pemikiran juga pendapat saya. Silahkan jika ia yang saya maksud kamu jika membaca tidak bisa menerima. Karna ketika hati saya sembuh, dan saya berikan untuk kamu, kamu melukai hati saya seperti pria kemarin yang melukai saya.
0 komentar