Ah sudahlah, ikhlas-ikhlas-ikhlas-ikhlas.
Ikhlas bila diperlakukan seperti ini.
Berat sebenarnya untuk meng-iya-kan, me-rela-kan, mem-biar-kan, hati ini untuk di lukai oleh pria itu. Tapi mau bagaimana lagi, beras sudah menjadi bubur. Hanya melupakan usaha juga perjuangan yang telah aku lakukan untuknya agar tidak ada "kebencian yang mendalam". Ya, merelakan hati untuk terluka.
Percuma saja sekarang aku tiap harinya selalu menyayangi dia,
tiap malamnya selalu merindukan dia,
tiap detik-menit-jam selalu menunggu kabar dia. Karna pada kenyataannya dia memilih untuk kembali pada wanita itu yang dahulu dia katakan "ah tidak, aku tidak akan pernah kembali" dan lagi-lagi aku percaya pada ucapannya. Ya percaya, dan aku benar-benar bodoh.
Dan sekarang pergilah, lakukan apa yang ingin kamu lakukan, menjauhlah dariku, berbahagialah dengannya. Dan semua yang kamu katakan untukku, cukup, cukup telah aku terima baik-baik dan aku kubur dalam-dalam. Dan aku hanya berterimakasih banyak atas kebahagiaan yang telah kamu beri dan juga luka yang kamu lakukan.