15.40

Bait menyakitkan,
Ketika harus kuat, namun nyatanya lemah
Ketika harus rela, namun nyatanya tidak
Ketika harus menahan tangis, malah hati yang meraung kesakitan.

Bait Bait Luka (Part 1)

15.19

Sejujurnya saya sudah terlalu terlatih ketika saya di hadapi tentang "Perpisahan" mengapa begitu?

Kau tau, sedari saya kecil, orangtua saya sudah berani dengan tega untuk meninggalkan atau melakukan perpisahan, tanpa mereka berfikir, bagaimana buah hati mereka?

Pada awalnya, saya benar-benar tidak perduli, bagamana saya ke depannya, bagaimana saya nantinya, saya, benar-benar menjadi pribadi yang enggan peduli, kenapa bisa sperti itu? Karna jika saya peduli, bukan jiwa saja yang sakit, hati saya akan ikut teramat sakit sangat sangat sakit.
Mungkin ini hanya tulisan, tapi ini sebuah bait kenyataan yang saya pikul sendirian, ya, sendiri.
Terkadang dengan cara memuji diri sendiri, mengatakan bahwa diri saya sangat kuat itu, salah satu cara mengapa saya bisa se tegar ini.
Jujur, ini tidak mudah buat saya, terkadang jika mempunyai waktu kosong, saya suka berpikir, saya itu lemah, saya itu tidak kuat, saya itu lelah, tapi, impian saya, ingin membuktikan saya mampu, saya bisa, dan tekat saya ingin menunjukan pada mereka, yang sewaktu-waktu menguatkan saya.
Ini lebih ke saya meluapkan beberapa yang saya pikul sendirian, merangkai dengan kata yang sedikit baku, dan mohon maaf bila menjadi tidak nyambung.
Detik ini, ketika saya menulis ini, ada beberapa bagian dari diri saya merasa sangat terluka, ketika saya mengingat Papa saya, mempunyai anak, mereka sudah menikah selama lima tahun, tapi baru tahun ini mereka mempunyai anak. Jujur, di sisi lain saya senang karna saya sangat amat menyukai anak kecil atau anak bayi, tapi di sisi lain saya sangat terluka ketika yang saya tau itu anak dari Bapak saya. Entah tidak ikhlas, atau mempunyai rasa apa. Tapi sejauh ini, saya sangat merasa sakit hati kalau di ceritainmah.
Saya selalu sadar dan berpikir, kenapa sih ga ikhlas atau nerimain aja? Toh udah takdir. Sumpah demi Allah, saya terkadang selalu mencoba, tapi lagi-lagi, tiba-tiba saya sangat merasakan terluka. Lebih lebih tersakiti, ketika di tinggalkan pacar, tapi kalau iya sih, double sakitnya hehehe. Saya suka mikir, enak kali, keluarganya jadi banyak, saya udah gak punya nenek, jadi punya lagi, saya punya adik lagi, tapi lagi lagi, ketika saya membuka, hati saya seperti diberi percikan garam ketika lukanya masih belum mengering.
Bertahun-tahun, hingga saya mampu membiayai saya sendiri, laki laki pertama yang menyakiti saya adalah Papa saya sendiri.

23.45

Tidak, tidak, mungkin aku terlalu jauh.
Tapi, setidaknya, aku tidak terlalu menjadi penghalangmu, atau menjadikan dirimu sia-sia karnaku.

23.44

Boleh kau katakan, sayang mu jauh lebih besar, perhatianmu jauh lebih banyak, peduli mu melebihi peduliku.
Tapi, aku bertanya? Semua yang katamu cinta, sayang, perhatian, peduli, hanya nafsu semata saja, atau mengusahakan bagaimana caranya agar aku menjadi milikmu?

23.40

Kau sadar bahwa tujuanmu tak jelas, maka, dari sisi mana yang harus ku pertahankan?

UNTUK YANG SEDANG CEMBURU PADA MASA LALUNYA

09.24

Tak ada, tak ada yang pantas kau cemburui dari dua orang yang sudah menjadi asing. Sesering apapun kamu mengungkit masa lalunya, mempermasalahkan hari-hari yang sudah lewat dan cemburu pada apa yang sudah ia kubur dalam-dalam. Ia tidak punya kendali untuk mengubah itu semua dan kamu hanya sedang memulai perang dengan dirimu sendiri. Kamu tidak paham seterluka apa ia ketika kau terus menerus mengingatkannya pada seseorang di masa lalu yang telah membuat seisi hatinya hancur berantakan, sungguh, melupakan seseorang yang sudah mengkhianatinya berulang kali bukanlah perkara mudah sebab luka yang sudah hampir mengering itu kembali basah ketika semakin sering diingat.

Kau hanya merasa tidak percaya diri, merasa tidak jauh lebih baik dari mantan kekasihnya yang terdahulu atau mungkin kau merasa dirimu hanya sebatas tempat singgah tempatnya melepas lelah, mungkin itu salah satu sebab mengapa kau selalu memulai perdebatan tentang masa lalunya.

Padahal hari-hari telah berlalu, tapi kau masih saja membahas tentang dia dan masa lalunya, sesekali mungkin ia merasa lelah, tapi kau masih tak kunjung paham bahwa yang sedang kau cemburui itu hanya tentang dua hati yang penuh kelukur dan sudah berjalan masing-masing mencari orang lain yang mampu membuatnya kembali jatuh cinta tanpa berkeping-keping.

Seharusnya kau tidak perlu terlalu khawatir tentang seluruh ingin yang pernah mereka bangun sebab semuanya hanya menjadi angan, menjadi mimpi yang sudah keduanya buang jauh-jauh. Meski ia yang kau cinta pernah roboh di dalam pelukan mantan kekasihnya, sekarang ia bisa bersandar pada bahumu, lantas apa yang perlu kau ributkan lagi perihal kisah cinta yang kandas? perihal hati yang remuk? dan perihal mantan kekasihnya yang bahkan sudah memiliki kekasih baru.

Ketakutanmu tentang ia yang sewaktu-waktu akan kembali pada mantan kekasihnya harus sedikit demi sedikit kau hapus, kau terlalu membangun fantasi bahwa cinta mereka masih menggebu hanya karena mereka pernah melewati bertahun-tahun bersama, kau salah, sudah lama sekali cintanya telah menjadi abu. Ia telah berusaha mencintaimu dengan sepenuh hatinya namun kau hadang dengan deretan cerita dari masa lalunya yang kau gali seorang diri, sayang, yang kau gali itu hanya akan mengubur dirimu sendiri.


Berhenti mengingatkannya pada masa lalu sebab ia sudah tidak lagi hidup didalam sana.

-rpst hwwk-

09.23

Tiga hari tanpamu, masih sesak, setiap tak sengaja temu, seperti sedang menghirup gas atau asap yang sangat tebal, sangat sesak dan menyesakkan. Entah menahan rindu saja, atau menahan sakit karna sangat rindu..
Tuan, apakah aku mampu menahan semuanya seperti ini?