13.25

Hai orang baik,

Aku gak tau harus bersyukur dengan cara apa lagi dipertemukan sama kamu, 

maaf ya, banyaaaak banget caraku yg kurang berkenan ketika harap harap kebaikanmu diterima dengan tulus bahkan hingga dibalas,

jujur, tidak ada niat dari dalam hati kalau aku sampe melukai, aku cuma bingung, harus seperti apa dan bagaimana, karna kebaikan yg kamu kasih udah melebihi kapasitas aku untuk membalas hal yg serupa, 

tapi aku selalu dan tidak pernah lepas mengadahkan tangan dan menyebut namamu disetiap do'a-do'aku, aku fikir, hanya itu balasan yang luar biasa dari semua kebaikanmu; mendo'akanmu hal hal baik. Semoga semesta dengar, dan mengabulkan. 

Namun, jika baikmu lelah untukku, aku tak apa jika kamu ingin pergi. Sebab, aku tak mau malah menjadikanmu tahanan tanpa pasti, aku membantumu membentangkan sayapmu, untuk tau, dan untuk mendapatkan lebih dari apa yang sudah kamu beri untukku. Semesta menyiapkan itu, walaupun bukan dari aku. Percayalah, mungkin aku hanya sebatas menjadi batu loncatan tabungan kebaikanmu, untuk kelak kamu akan merasakan apa yang tidak pernah kamu rasakan atau dapatkan dari seorang aku.

13.25

Lagi-lagi aku kembali padamu, padahal aku tau, sebesar apa luka yang sudah kamu buat. 

Bukan perihal kamu dengan orang lain.

Tapi perihal tidak dihargainya aku sebagai lelakimu.

Kalau kamu ingin tau kenapa aku masih mencintaimu sampai detik ini, karna kamu itu perempuan hebat, pintar, cerdas, lelaki mana yang tidak menghiraukanmu? Namun sayangnya, kelebihanmu itu sangat melukai harga diriku. Kalimat-kalimatmu selalu menjurus bahwa aku, keluargaku, bisa dan selalu dimonitoring olehmu. Serendah itukah aku dimatamu? Apakah salah aku mempunyai perasaan setulus itu untukmu? Sehingga bisa dibuatnya permainan olehmu?


Sebesar itu aku mengagumimu, tapi mengapa serendah itu kamu memandangku?


Aku memandangmu tegap, tapi kamu memandangku menunduk. 


Namun aku berserah pada semesta, mendo'akan selalu yang terbaik untukmu, dan untuk kita. 

Jika memang semesta terus menyatukan kita, harapku, kamu bisa menyesuaikan dirimu, diluar tanpa aku, dan ketika bersamaku.

13.24

Terimakasih atas bertahun-tahunnya bersamaku.

Maaf ya, jika aku menyerah.

Aku tidak tau, caraku benar atau salah dalam meninggalkanmu.

Namun, mungkin untuk kebaikan hubungan kita.

Tidak perlu lagi aku menahanmu untuk pergi mengikuti setiap keinginanmu, dan

Tidak perlu lagi kamu berjanji meski di ingkari lagi.

Aku mencoba berdamai, ketika keadaan memaksa keras aku untuk berseteru. 

Aku marah, karna lagi lagi aku tidak menjadi alasanmu bahagia lagi.

Aku sedih, karna lagi lagi aku tidak menjadi tempat sesungguhnya kamu pulang.

Ya, benar.

Hanya sebatas menunggumu didepan pintu.

Awalnya kubiarkan, lama-lama, ya, benar, aku semakin kesepian.

Karna, aku, bukan lagi bagian dari bahagiamu.

Ingin sekali aku meneriakimu, menghakimimu, namun aku tau, apa yang kamu lakukan sampai sejauh ini, mungkin kamu punya alasan, yaitu; jenuh.

Benar kan? Bagaimana tidak, yang aku pikir kamu baik baik saja, menerima saja, rupanya menimbulkan kecemburuan, iya, game, dengan game itu, game mobile legend perusaknya. 


Sebentar, benar kan? game itu yg membuat amarahmu menjadikan alasan pencarian kebahagiaanmu diluar sana?


Lalu, lagi lagi aku menyalahkan diri. Iya, karna aku. Namun, mengapa harus dibalas dengan membuka ruang komunikasi untuk orang lain?


Jadi, intinya adalah, bukan aku tidak mau mempertahankanmu atau bahkan saling mengintropeksi diri kita masing-masing. Namun yang aku ketahuin, jika seseorang, membuat alasan bahagia barunya bukan karna pasangannya, ketika hal tersebut terjadi lagi, makan akan terulang lagi kebiasaan itu. Janji sebesar apapun, akan sulit untuk dipercayai, ketika hal kecil untuk kebaikannya saja, masih bisa di ingkari.