22.38

Orang bilang, "kok kamu sampai sebegininya sih?"


22.50

Halo, Pa, apa kabar? Ini secarik tulisan untuk Papa yang ke dua. 

Kali ini usiaku sudah menginjak kepala dua, tidak terasa, padahal baru saja kemarin aku masih mengenakan seragam putih abu, rupanya, sekarang usiaku sudah benar benar harus menata masa depan yang sesungguhnya.

Papa, banyak sekali pikiran buruk tentangmu yang selalu membuatku terluka, membuat aku merasa, apakah harus aku merasa "Aku tidak mempunyai Papa?"

Tapi, ketika kali terakhir aku bertemu denganmu, aku terluka bukan karna dirimu begini begitu karna alasan yang sama ditulisanku sebelumnya, melainkan karna melihatmu sudah semakin tua, dan tidak ada aku didalamnya, 

Terkadang aku merasa gagal menjadi anakmu, yang tidak pernah berbakti bahkan menghargaimu sedikitpun, aku terlalu teramat dalam merasa sangat dilukai oleh sikapmu, merasa paling sangat tidak dilihat keberadaanku, padahal aku juga secara tidak langsung melakukan yang sama, ya kan? Lalu, siapa yang harus mengalah, Pa? Aku yang baru beranjak dewasa, atau Papa yang sudah menjadi orang dewasa?


Akhir-akhir ini aku terlalu sering memikirkan, apakah yang aku lakukan ini salah? Aku yang merasa;

Marah karna sikapnya,

Marah karna ungkapnya yang kecewa juga terluka karna keadaan lalu,

Marah karna ia yang tidak berperan sama sekali sebagai papa ketika jarang bertemu,

Marah karna ia selalu tidak mau berjuang dulu,

Marah karna ia selalu merasa yang paling dilukai,

Marah karna nyatanya Papaku tidak seperti Papa papa yang lain, 

Apakah aku salah, selalu mengungkit tentang yang ia lakukan ketika aku sedang merasa dilukai atau melukai? Apakah aku salah, ketika mengingat semua yang ia lakukan sangat membuatku menaruh benci, dan apakah aku salah ketika aku sedikit merindukannya aku lebih mengurungkan rasa itu dan lebih mengingat pada apa yang ia lakukan, sehingga membuatku membesarkan rasa gengsi juga amarah. Apa aku salah?

Papa, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, aku merasa ada yang aneh dengan diriku, berkali kali ketika aku mencintai pria lainpun, seketika, aku teringat sikapmu yang membuatku, aku takut terlalu mencintainya, aku takut kedepannya ia akan sepertimu, tidak bisa memperjuangkan dan hanya banyak mengeluh serta menyalahkan keadaan, aku terlalu takut akan sikap pasanganku kelak sepertimu, sehingga setiap kali ada yang mirip, dan ketika aku ada di masa aku sangat mencintainya, bisa memudar begitu saja karna rasa takut itu, dan membuat diriku menjadi tidak mempunyai rasa apapun namun mempertahankan hubungan atas dasar kasian, tidak enak, dan takut melukai, beberapa kali mengulang selalu seperti itu, aku jadi berpikir, apakah ada yang salah dengan diriku?

Papa, banyak sekali hal yang semakin hari semakin membuatku takut, banyak sekali secara tiba tiba yang membuatku merasa tertekan, namun sering kali juga, aku menutupinya dengan sikap tidak peduliku,

17.04

Kedua, setelah beliau yang melukai saya, ada dia.
Yang sempat tiap harinya saya banggakan, yang selalu saya cintai tiap harinya. Tapi, nyatanya, ia tidak seperti pada awalnya.
Setiap hari, aku berbohong pada Ibuku, demi laki laki yang katanya teramat mencintaiku.
Setiap hari, aku pikul sendiri luka yang bermula aku tahan mengatasnamakan cinta.
Setiap hari, aku yang semakin membantu luka ku menganga.
Tidak memperdulika apa yang Ibuku bilang, dan sangat teramat mempertahankan cinta.
Tapi,
Nyatanya ia yang saya cintai,tidak seperti apa yang dia katakan, yang dia sampaikan, tentang bagaimana dirinya.

00.14

Aku kira aku berhasil keluar dari semua cerita masa laluku, rupanya, aku selalu bersembunyi dibalik kalimat "aku mau membahagiakan aku", yang pada kenyataannya; aku hanya berpura-pura bahagia untuk orang lain. 

Aku kira aku berhasil berdamai dengan aku, rupanya, aku hanya berusaha damai untuk orang lain.

Dan, aku kira aku sangat menyayangi aku, rupanya, aku yang terlalu memaksa membuat aku bisa disayangi selalu oleh orang lain.


12.41

 HUAAAA DIBUAT SHOCK TERAPI SAMA KABAR HARI INI MINGGU, 28 Februari 2021

Masih bener bener ngga nyangka, Seina Hariana meninggal secepet ini, stelah a agus yang bener bener orang rumah kenal deket sama mama, dan masih ngerasa kaget juga karna astaga dia cinta monyet jaman aku ingusan bgttttt, inget bgt waktu nginep dirumah teh imel dikos kosannya sengaja bgt biar bisa keluar rumah malem2 nongol dr jendela liat keluar ada seno nungguin cuma buat random talk, dulu, setiap aku jomblo dia selalu yg siap gapapa hayu kalau aku minta anter kemana mana, dan terahir udah taun 2019an kl gasalah dan kl 2020 lebih ke komunikasi aja dan plan buat ngopi yg ga pernah kesampaian sampe seno sakit, aku selalu hayu hayu jadwalin tp gak pernah jadi, sampe pernah dia dm ai ngopi sm aku gajadi wae, dan terahir ketemu pun dia cerita "sa ayena benget abi jd goreng nya" aku cuma ketawa aja krn sm dia yg logat ngobrol kl sunda sunda bgt trs indo campur sunda, aku sedih tp gabisa nangis, pengen nangis tapi asa gimana gt karna nyesel aja waktu kamu sakit aku ga nyempetin buat nengok selalu menyibukan urusan yg sebenernya aku bisa manage lg dgn baik, sampe buat ketemu yg terahir kali aja aku ga nyempetin, cuma pernah liat kamu lewat story instagram yg udah kurus bgtttttttt, dan aku cuma komen nanya km sakit apa, sama ngedoain km cepet sembuh, setelah itu aku subuh tadi dapet kabar kamu pergi......

gila no secepet itu, aku masih ngga nyangkaaaa, pernah sesekali ngobrolin soal pacar pacaran, aku menegaskan ke kamu dan bilang, aku mah gamau pacaran sama yang seumuran, yaallaaahh nooo, makasih banyakkk yaa kamu masih baik sama aku disaat kamu lagi sehat kamu bener bener selalu bisa ketika aku minta tolong, aku bener bener ga nyangka, aku pikir kamu ga seberat ini nahan sakitnya:'((((((((

aku sekarang lagi kebingungan sama kaya deg aja gitu di dada teh, mau nangis gabisa, mau ga nangis asa ngabagel, asa bingung:'((((((

12.41

Halo, apakabar? 

Aku menulis lagi di hari ini yang sudah tidak terasa ternyata bulan pertama di duaribu dua puluh satu sudah mau habis, tapi aku masih pada perasaan yang sama di tahun duaribu delapan belas, mencintainya, dengan sangat, dengan penuh penyesalan, bedanya, kali ini aku tidak memiliki raganya, atau bahkan hatinya, hanya memiliki hatiku yang masih sangat kuat dan dalam mencintainya, mungkin klise baginya, tapi sangat berat buatku. 

Tuan, aku tidak tau, apakah kamu masih mengintip tulisanku atau tidak, yang jelas, ada yang ingin aku sampaikan melalui tulisan ini.
Sebenarnya banyak sekali kata dan rasa maaf yang ingin aku sampaikan, dari banyaknya kesalahan kesalahan yang pernah aku lakukan. Namun ternyata, egoisnya aku, aku lebih ingin ada pertemuan, bahkan, jika memang kita, tidak seharusnya da pertemuan lagi atau tidak bisa untuk bersama sama lagi, aku ingin bertemu, untuk yang terakhir kalinya, menatapmu, memelukmu, bersenda gurau denganmu dan menangis untuk yang terakhir kalinya dibahumu. 

Masih berat buatku, jika memang aku harus tau atau dengan kenyataan nanti kamu benar benar tidak bisa lagi untuk aku miliki.