21.53

Malam itu, akan aku jadikan malam yang indah, meskipun nasi goreng yang ku makan dan mie goreng yang kamu makan, terasa tidak nikmat.

-Hal kesekian kalinya yang pasti aku rindukan.-

18.39

Tuan, beberapa hari lagi,
untuk menatap bola hitam di matamu itu akan kesulitan,
untuk berbincang-bincang denganmu itu akan renggang,
untuk bertemu dengan jalanan-jalanan yang selalu tiap malamnya kita lewati akan kesusahan.

Tapi tak pernah hilang, yang aku semogakan, ada waktu yang mampu mempertemukan kerinduan kita.

-dariku yang selalu menitipkan rindu, yang tak pernah usai-

18.31

Ini yang ku tunggu, masuk jam kerja pagi lalu pulang kerja masih melihat terangnya di luar.
Padahal kerja di matahari, terang sih terang, tapi bagian La Russo kaya di kutub utara.
Suka gak jelas deh.
Katanya matahari, tapi isinya, dalemnya, suasana di dalem kaya di kutub utara.
Duh.

23.13

Dan aku hanya menunggu notification message mu masuk.

23.12

"Maafkan aku Raina, bukan maksudku melukaim
u, tapi aku juga tidak tau harus melakukan apa lagi.." Ucapnya sambil menarik tanganku yang ingin pergi.

"Sudalah tak apa" jawabku dengan suara lirih.

"Sebaiknya kita bicara dulu Raina, akan aku jelaskan semua" ucapnya tambah

"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan Dimas, semuanya sudah jelas, dan aku sudah paham betul mengapa perubahan yg kamu lakukan sebegitu jahatnya, juga semua feeling ku terhadapmu ternyata benar. Terimakasih Dimas, setidaknya kamu pernah membuat hariku tak semenyedihkan hari ini, dan kamu pernah membuat bibirku tersenyum dikarenakan kamu." Jawabku berusaha menahan tangis.

"Tapi Raina......"

"Sudah Dimas, jangan hiraukan aku, aku sedari dulu mampu mengobati luka luka akibat pria pria semacam kamu.."

"Maafkan aku Raina, maaf.."

"Aku juga meminta maaf Dimas, maaf jika saat ini mungkin aku belum mampu memaafkan dan mengikhlaskan hatiku terluka olehmu."

22.14

Ini malam kali ke berapa,
Melewati jalan yang sama,
Tanpa kamu di dalamnya.

22.13

Hujan malam ini mewakili perasaanku yang tak mampu ku tumpahkan lewat tangis, juga mewakili aku yang kedingingan, yang disebabkan oleh ia.

21.36

Saya bingung, apakah harus menyerah ataukah tetap pada posisi dan perasaan seperti ini.
Saya ingin mempertahankan, mengusahakan, ah siapa sih yang gak mau berjuang, apa lagi memperjuangkan, apa yang di inginkan, tapi disini posisi saya, saya sudah dijauhi, ditinggalkan, bahkan di acuhkan.
Dan apakah masih pantas untuk berjuang, atau memperjuangkan seseorang yang bersikeras pergi?

20.43

Cuma tulisan, jangan di bawa serius, nanti galau.

19.07

Saya tidak akan menahanmu, pergilah jika ingin pergi. Jangan pernah tanya saya yakin atau tidak, saya baik-baik saja atau tidak. Yang jelas, yang namanya ditinggalkan, sudah pasti tidak akan baik-baik saja.

18.49

Dingin ya? Ah, dingin malam ini tidak seberapa dengan apa yang telah ia lakukan kepada saya. Kau tau? Entah saya sendiri yang melakukannya, entah ia yang melakukannya, entah juga ia yang membantu agar saya melakukannya. Melakukan goresan lagi di hati saya, seperti pria-pria kemarin yang berhasil membuat saya menutup diri.
Saya ingin menceritakan beberapa kisah kebelakang yang membuat saya merasa kembali terluka.
Kemarin, sebelum saya mengenal ia. Ia yang kini melukai saya tiap harinya. Saya di kecewakan, di sakiti, di buat luka sebanyak-banyaknya, dan kau tau? Saya menutup hati saya, saya menutup diri saya, sekuat mungkin saya menjaga hati saya, sekuat mungkin saya berusaha menganggap biasa saja pria-pria yang ingin mendekati saya, entah ini bisa dikatakan trauma atau tidak, saya hanya tidak ingin terluka lagi, apa lagi ketika saya sedang cinta-cintanya. Lalu, ketika saya berusaha untuk menjaga hati saya yang setengah sembuh, ia datang, pikiran awalku, "ia pasti sama seperti kemarin", tapi ketika ia benar-benar ingin merebut hati saya, bukan secara halus, tetapi kasar, ia berkata ia lelah menanggapi saya yang tidak memberi tanggapan padanya, ia berkata ia ingin pergi, kemudian saya berpikir lagi, "benar bukan?ia sama seperti pria kemarin, baru separuh saya ingin memberikan hati, ia sudah menyerah, dan ia ingin pergi.". Ya sudah, saya tidak memaksa pria yang ingin pergi. Saya tidak memaksa untuk tetap tinggal pria yang ingin menyerah pada diri dan keadaan saya. Tapi setelah itu, ia mengatakan sesal, ia masih ingin berusaha, aku mengatakan, "jalani dulu saja, dekati perempuan jangan hanya saya, saya takut jika saya mengecewakan.", apakah saya salah saya berbicara seperti itu? Dan saya pun menjalani semuanya, ketika dari beberapa pria yang mendekati saya, saya memilih ia, mengapa? Karna saya butuh figur pria dewasa yang mampu membimbing saya untuk lebih baik lagi, banyak dari cerita hidup saya mengapa saya lebih memilih pria seperti ia. Memang dasar wanita, tugasnya hanya menunggu, jadi selama saya sudah mempunyai perasaan, tugas saya hanya menunggu. Mungkin karna maksud ia saya hanya banyak diam saja, tidak ada tanggapan apapun, ia kembali menyerah, mungkin kali ini benar-benar menyerah, ia berubah, berbeda 160°, dan tanpa lambat laun, atau pamit, ia pergi. Jelas saya bertanya-tanya, ia bilang ia sendiri serius, ia bukan seperti kebanyakan pria lainnya, tapi mengapa ia menyerah? Dan alasan ia menyerah karna saya tak menanggapinya? Itu bukan alasan yang pas ketika saya pikir ia menemukan wanita lain, karna saya rasa, saya masih selalu membalas message yang ia kirim, mengangkat telfon dan mau berlama lama beradu suara di telepon genggam, saya masih memberi senyum tegur sapa ketika bertemu, dan saya bertanya, dimanakah bagian saya tidak menanggapinya? Saya bukan perempuan yang baik kepada semua pria, jika saya tak suka, saya tidak akan menanggapi tiap-tiap message dan telfon yang masuk. Lagi-lagi saya mempertanyakan, bagian mana saya tidak menanggapinya? Mana yang katanya ia serius, ia tulus? Yang ia katakan itu hanya serius dan tulus di awal pendekatan, kemudian menyerah. Bukan ia yang seharusnya kecewa, tetapi saya yang kecewa. Dan ini pemikiran juga pendapat saya. Silahkan jika ia yang saya maksud kamu jika membaca tidak bisa menerima. Karna ketika hati saya sembuh, dan saya berikan untuk kamu, kamu melukai hati saya seperti pria kemarin yang melukai saya.

15.52

Mereka gak tau apa-apa.
Mereka gak tau, kalau aku dan kamu udah gak ada kedekatan lagi.
Mereka gak tau, kalau kamu memilih menutup hati kembali.
Mereka gak tau, kalau kamu memilih menyerah.
Mereka gak tau, kalau sebenernya semuanya sudah terlambat.
Aku, terlambat mencintaimu.
Mereka, terlambat tau gosip kedekatan kita.
Dan kamu, pergi meninggalkan segalanya.
Termasuk usahamu dahulu.

01.07

Pada malam juga bintang aku mengadu tentang segalanya yang terjadi pada hari ini, dan pada pagi juga matahari aku berharap yang terbaik untuk kamu, aku, juga kita untuk esok hari. Selamat malam untuk kamu pria bertubuh tinggi dan ramping.




Salam dariku rindu untukmu,

Caca.

01.00

"Seharusnya jika ingin menahan rasa ya tahan, bukan menahan sambil membuka hati. Tau kan akibatnya? Bukan ia saja yang terluka, melainkan hati yang kau jaga agar tak terluka lagi, malah kembali lagi terluka." Ucapnya memarahiku.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku membutuhkan solusi, bukan dipojokan seperti itu." Kataku sembari menangis sesenggukan.

"Jika ia memang ingin pergi, biarkan pergi. Tak usah menahan seseorang yang ingin pergi. Ia merasa kamu tidak sungguh sungguh padanya, ia merasa kamu tak merasakan apa yang ia rasakan juga. Jadi, sekarang percuma saja jika kamu mengungkapkan segalanya yang kamu rasakan, sedangkan seseorang yang kamu harapkan tetap bersikeras ingin pergi. Hati yang terluka akan cepat pulih kembali jika yang memiliki hatinya tak ingin berlarut larut pada luka." Katanya sembari menepuk nepuk pundakku kemudian memberikan selembar tissue.

00.41

Aku hanya rindu perihal kamu, itu saja.

00.37

Tenang saja, aku tidak akan mengejarmu lagi. Aku akan duduk dengan sedih disini. Aku tidak akan menuntut apapun darimu. Cukup hatiku saja yang kamu buat pilu. Pergilah sejauh apapun kamu mampu. Diam-diam aku pun akan memulihkan hatiku lagi, seiring langkahmu pergi.

00.31

"Yang serius, yang bertahan"
bisa juga
"Yang tulus, yang bertahan"
Arti dan tujuannya sama, sama-sama memberi kode untuk doi.

Dan yang kamu katakan, aku bertanya;
Siapa yang pergi?
Dan siapa yang bertahan?
Bisa tolong di jelaskan?

00.20

"Cinta ini memang cinta biasa. Tak perlu menganggap istimewa hanya karena perjalanan kita yang penuh duri dan belukar. Aku bersamamu. Disetiap langkah yang kau tapaki."

00.18

"Apapun yang terjadi lebih baik jujur dengan apa yang kamu rasakan dan kejar orang yang kamu sayang sampai dia tahu bahwa kamu menyayanginya dengan tulus."-Rhesy Rangga

00.14

"Maafkan aku yang mencintaimu lebih dari setiap harinya."-Eidelweis Almira

23.43

Kamu menyerah pada janji dan usahamu. Dan kamu meninggalkan cinta juga kesetiaan yang kamu cari.

23.42

Sepinya malam di jalanan itu, akan terasa ramai bila bersama kamu, dan akan terasa sakit jika melewatinya sendirian.

23.39

Usia dijadikan alasan karna tak sepadan.

22.51

Aku lupa sudah berapa lama kita mengenal, aku hanya ingat kali pertama kamu mengantarku pulang, dan tiap-tiap canda tawa yang kita bicarakan melewati sepinya pada malam itu.

22.26

Lagi-lagi hanya menjadi tempat persinggahan.

22.18

I'm a woman childish.

Pembunuh Rindu by Adinda Reza W

09.29

Tak peduli lagi kasih sayangmu
malam ini, aku hanya ingin membunuhmu
aku punya pisau, gunting, dan belati
kau mau yang mana untuk mati?

kau tahu mengapa aku seperti ini?
aku sudah bosan dengan lelaki
mereka hanya penipu dengan embel-embel janji
padahal sama sekali tak pernah mereka tepati

kau ingin bilang aku sadis?
ah sebenarnya aku tak peduli
daripada terlihat sok manis,
lebih baik aku begini

ya, perihal cintaku selama ini adalah palsu
hahaha mengenaskan sekali nasibmu
dicintai oleh iblis sepertiku
yang hanya ingin melihatmu dalam keterpurukanmu

sudahlah, aku tak ingin basa-basi
mari kita mulai saja permainan ini
pertama, aku akan menusukmu sampai mati
lalu, aku akan membunuh diriku sendiri

dan malam ini, biarkan aku membunuhmu
dengan belati harapan semu
biarlah Tuhan menjadi saksi kekejamanku
kau mati nelangsa dalam pelukku

00.47

Mungkin tak sejalan.

00.46

"Jika rindu itu untukmu. Lalu, kamu itu yang mana?"

00.46

"Aku bilang aku tak butuh kamu. Tapi yang aku bilang, berbohong."

00.07

Biasa sampai terbiasa.
Apa lagi persoalan memendam.
He
He
He

23.37

Kabarmu itu penting, bagiku.
Tapi, mengabariku itu tidak penting, bagimu.

22.52

"Seharusnya kamu sudah tau apa yang paling aku benci." Kata ku sentak padanya.

"Bagaimana aku bisa tau, kamu saja tak pernah bercerita padaku." Katanya juga kesal.

"Apa katamu? Tidak pernah bercerita? Hah, lucu sekali. Bagaimana bisa, pria yang sangat aku cintai, yang aku banggakan, lupa akan hal yang aku tidak suka." Kataku kesal sambil menahan airmata.

Bryan hanya diam, karna kesal, tiba tiba saja Alana marah-marah tanpa sebab menurut Bryan, karna Bryan baru saja pulang berlibur bersama teman-temannya.

"Ingat Bryan ingat. Apa setiap pembicaraan saat kamu mengantarkan aku pulang di motor, kamu selalu melupakannya? Apa setiap sebelum kita menunggu makanan pesanan kita dan aku selalu tak henti mendiamkan mulutku, kamu selalu iya iya saja kemudian lupa? Apa segalanya yang pernah aku ceritakan dari nol dari awal sampai sekarang, kamu melupakan itu semua? Hah? Jawab Bryan jawab." Tegas Alana hingga tak mampu menahan airmatanya.

"Aku tuh benci, ketika kabarmu hilang selama tiga hari kemarin. Kamu tau bagaimana khawatirnya aku disini, Bryan? Tidak, kamu tidak tau itu Bryan. Aku pikir jika ada sesuatu terjadi, mungkin saja handphone mu tertinggal, dan kamu mengabariku lewat handphone temanmu, atau lewat apapun itu asal kamu mampu mengabariku, tapi ternyata? Kamu tak ingat bahwa aku benci ketika kabarmu tak ada, dan malah kamu anggap khawatirku berlebihan. Kamu jahat, Bryan." Sambung Alana hingga benar-benar tak mampu menahan tangis lagi.