17.57

Entah aku harus merasa lega atau malah sebaliknya, namun melihat ia yang saat ini sudah memiliki pasangan lagi setelah terakhir di 2018 selesai bersamaku, membuatku sedikit terkejut dan…..perasaan campur aduk didalamnya…

Namun, jika dikatakan ini kesedihan, tidak, atau dikatakan rasa senang, juga tidak, melainkan rasa yang sedikit sulit untuk aku deskripsikan..
Tapi, selamat buatmu. Akhirnya, kamu bisa melabuhkan dan mempercayakan rasa Kembali pada perempuan yang semoga tepat, satu dan terakhir buatmu.
Setelah dirasa, aku pernah mempunyai rasa sesal karna telah pergi darimu. 
Sempat ada rasa, apa aku bisa Kembali?
Namun, kamu membuktikan kita tidak akan pernah bisa Kembali dan Bersama.
Ah, sudahlah.
Aku sempat terkejut, yang tidak bisa aku jelaskan perasaan apa dan harus bagaimana.
Tapi aku memilih, menutup dari berbagai sisi dan arah tentang kabarmu lagi, terimakasih untuk semua kisahnya, yang sempat aku sesali utk dapat diulangi, yang sempat aku taruh harapan agar bisa Kembali.
Tapi setelah semua pernyataannya yang kau perlihatkan, maka akan aku ikhlaskan semuanya dengan menutup semua tentangmu dari berbagai macam arah.

16.07

 Ingat, hanya menaruh harapan itu pada diri sendiri.

16.05

 Kegagalan mereka yang mengubahku sekarang.

10.49

 Boleh gak sih memilih buat mati aja? 

10.48

Menahan amarah

Menahan nangis

Menahan semua emosional apapun, sudah aku lakukan.

Namun apa seberat itu rasanya? Apa se-sesak itu nafasnya?


10.46

 Jadi, yang bagus yang mana? Yang baik yang mana?

Menahan emosional apapun sampai akhirnya membludak?

Atau

Terus meluapkan ketika ada emosional apapun?

13.25

Hai orang baik,

Aku gak tau harus bersyukur dengan cara apa lagi dipertemukan sama kamu, 

maaf ya, banyaaaak banget caraku yg kurang berkenan ketika harap harap kebaikanmu diterima dengan tulus bahkan hingga dibalas,

jujur, tidak ada niat dari dalam hati kalau aku sampe melukai, aku cuma bingung, harus seperti apa dan bagaimana, karna kebaikan yg kamu kasih udah melebihi kapasitas aku untuk membalas hal yg serupa, 

tapi aku selalu dan tidak pernah lepas mengadahkan tangan dan menyebut namamu disetiap do'a-do'aku, aku fikir, hanya itu balasan yang luar biasa dari semua kebaikanmu; mendo'akanmu hal hal baik. Semoga semesta dengar, dan mengabulkan. 

Namun, jika baikmu lelah untukku, aku tak apa jika kamu ingin pergi. Sebab, aku tak mau malah menjadikanmu tahanan tanpa pasti, aku membantumu membentangkan sayapmu, untuk tau, dan untuk mendapatkan lebih dari apa yang sudah kamu beri untukku. Semesta menyiapkan itu, walaupun bukan dari aku. Percayalah, mungkin aku hanya sebatas menjadi batu loncatan tabungan kebaikanmu, untuk kelak kamu akan merasakan apa yang tidak pernah kamu rasakan atau dapatkan dari seorang aku.

13.25

Lagi-lagi aku kembali padamu, padahal aku tau, sebesar apa luka yang sudah kamu buat. 

Bukan perihal kamu dengan orang lain.

Tapi perihal tidak dihargainya aku sebagai lelakimu.

Kalau kamu ingin tau kenapa aku masih mencintaimu sampai detik ini, karna kamu itu perempuan hebat, pintar, cerdas, lelaki mana yang tidak menghiraukanmu? Namun sayangnya, kelebihanmu itu sangat melukai harga diriku. Kalimat-kalimatmu selalu menjurus bahwa aku, keluargaku, bisa dan selalu dimonitoring olehmu. Serendah itukah aku dimatamu? Apakah salah aku mempunyai perasaan setulus itu untukmu? Sehingga bisa dibuatnya permainan olehmu?


Sebesar itu aku mengagumimu, tapi mengapa serendah itu kamu memandangku?


Aku memandangmu tegap, tapi kamu memandangku menunduk. 


Namun aku berserah pada semesta, mendo'akan selalu yang terbaik untukmu, dan untuk kita. 

Jika memang semesta terus menyatukan kita, harapku, kamu bisa menyesuaikan dirimu, diluar tanpa aku, dan ketika bersamaku.

13.24

Terimakasih atas bertahun-tahunnya bersamaku.

Maaf ya, jika aku menyerah.

Aku tidak tau, caraku benar atau salah dalam meninggalkanmu.

Namun, mungkin untuk kebaikan hubungan kita.

Tidak perlu lagi aku menahanmu untuk pergi mengikuti setiap keinginanmu, dan

Tidak perlu lagi kamu berjanji meski di ingkari lagi.

Aku mencoba berdamai, ketika keadaan memaksa keras aku untuk berseteru. 

Aku marah, karna lagi lagi aku tidak menjadi alasanmu bahagia lagi.

Aku sedih, karna lagi lagi aku tidak menjadi tempat sesungguhnya kamu pulang.

Ya, benar.

Hanya sebatas menunggumu didepan pintu.

Awalnya kubiarkan, lama-lama, ya, benar, aku semakin kesepian.

Karna, aku, bukan lagi bagian dari bahagiamu.

Ingin sekali aku meneriakimu, menghakimimu, namun aku tau, apa yang kamu lakukan sampai sejauh ini, mungkin kamu punya alasan, yaitu; jenuh.

Benar kan? Bagaimana tidak, yang aku pikir kamu baik baik saja, menerima saja, rupanya menimbulkan kecemburuan, iya, game, dengan game itu, game mobile legend perusaknya. 


Sebentar, benar kan? game itu yg membuat amarahmu menjadikan alasan pencarian kebahagiaanmu diluar sana?


Lalu, lagi lagi aku menyalahkan diri. Iya, karna aku. Namun, mengapa harus dibalas dengan membuka ruang komunikasi untuk orang lain?


Jadi, intinya adalah, bukan aku tidak mau mempertahankanmu atau bahkan saling mengintropeksi diri kita masing-masing. Namun yang aku ketahuin, jika seseorang, membuat alasan bahagia barunya bukan karna pasangannya, ketika hal tersebut terjadi lagi, makan akan terulang lagi kebiasaan itu. Janji sebesar apapun, akan sulit untuk dipercayai, ketika hal kecil untuk kebaikannya saja, masih bisa di ingkari.

04.29

Aku, termasuk beruntung apa nggak ya? Ketika aku masih bisa menginjakan usia di 24 Tahun, sedangkan beberapa temanku bahkan usia 20 Tahun aja enggak.

Hopeless, bener bener ngerasa nyerah banget, cuma aku gaktau nyerah karna hal apa, yang jelas, buat bisa bangun dan masih senyum aja suatu proses yang tarik ulur untuk ngerasa aku baik baik aja.

Capek banget,

Apa karna aku kesepian ya????

Soalnya pulang ke rumah aja gak pernah ngerasa kaya pulang, kaya cuma numpang tidur, ngelamun, nangis, udah.

Selebihnya rasa rasa yang dirasain selain melankolis gak pernah aku rasain yang sampe dari hati.

Aku cuma bingung, kenapa aku? ada apa aku? harus aku?


19.53

 Padahal baru seratus delapan puluh satu hari yang lalu, kita masih bertemu untuk berbagi cerita juga kisah, walaupun status sudah tidak ada, namun kita saling berjanji untuk menjaga. Tapi kamu yang mengingkari itu, mengubur semua perjanjian yang kamu ucapkan, dan lupa akan tujuan yang pernah kamu katakan.

19.26

 Terlalu banyak hal yang aku tahan untuk mengungkapkan apapun yang aku rasakan tentangnya, setelah hari itu, kita menjadi sebenar benarnya orang asing, yang tidak pernah saling kenal, padahal ia sendiri yang bilang untuk jangan sampai menjadi manusia yang tidak pernah saling kenal, dan sudah berbulan-bulan lamanya, aku benar benar tanpa kamu.

19.23

 Dulu aku selalu bilang padanya, Aku sekarang lebih mencintai uang, dan membutuhkan uang.

Sampai tibanya, ia mungkin merasa bahwa aku benar benar bukan aku yang pertama ia kenali.

Sampai tibanya, hatinya di isi oleh perempuan yang tidak pernah ia sangka akan mengisi hatinya yang dulunya sempat hanya dan cuma aku.

Sampai tibanya, ia sudah melangkah jauh tanpaku lagi.


19.12

 Kadang aku lebih milih untuk menetap dan menunggu, dia, yang sudah terlalu jauh melangkah, namun aku selalu meyakinkan diriku bahwa, Nanti juga dia tau jalan pulang yang bener.

 

22.38

Orang bilang, "kok kamu sampai sebegininya sih?"


22.50

Halo, Pa, apa kabar? Ini secarik tulisan untuk Papa yang ke dua. 

Kali ini usiaku sudah menginjak kepala dua, tidak terasa, padahal baru saja kemarin aku masih mengenakan seragam putih abu, rupanya, sekarang usiaku sudah benar benar harus menata masa depan yang sesungguhnya.

Papa, banyak sekali pikiran buruk tentangmu yang selalu membuatku terluka, membuat aku merasa, apakah harus aku merasa "Aku tidak mempunyai Papa?"

Tapi, ketika kali terakhir aku bertemu denganmu, aku terluka bukan karna dirimu begini begitu karna alasan yang sama ditulisanku sebelumnya, melainkan karna melihatmu sudah semakin tua, dan tidak ada aku didalamnya, 

Terkadang aku merasa gagal menjadi anakmu, yang tidak pernah berbakti bahkan menghargaimu sedikitpun, aku terlalu teramat dalam merasa sangat dilukai oleh sikapmu, merasa paling sangat tidak dilihat keberadaanku, padahal aku juga secara tidak langsung melakukan yang sama, ya kan? Lalu, siapa yang harus mengalah, Pa? Aku yang baru beranjak dewasa, atau Papa yang sudah menjadi orang dewasa?


Akhir-akhir ini aku terlalu sering memikirkan, apakah yang aku lakukan ini salah? Aku yang merasa;

Marah karna sikapnya,

Marah karna ungkapnya yang kecewa juga terluka karna keadaan lalu,

Marah karna ia yang tidak berperan sama sekali sebagai papa ketika jarang bertemu,

Marah karna ia selalu tidak mau berjuang dulu,

Marah karna ia selalu merasa yang paling dilukai,

Marah karna nyatanya Papaku tidak seperti Papa papa yang lain, 

Apakah aku salah, selalu mengungkit tentang yang ia lakukan ketika aku sedang merasa dilukai atau melukai? Apakah aku salah, ketika mengingat semua yang ia lakukan sangat membuatku menaruh benci, dan apakah aku salah ketika aku sedikit merindukannya aku lebih mengurungkan rasa itu dan lebih mengingat pada apa yang ia lakukan, sehingga membuatku membesarkan rasa gengsi juga amarah. Apa aku salah?

Papa, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, aku merasa ada yang aneh dengan diriku, berkali kali ketika aku mencintai pria lainpun, seketika, aku teringat sikapmu yang membuatku, aku takut terlalu mencintainya, aku takut kedepannya ia akan sepertimu, tidak bisa memperjuangkan dan hanya banyak mengeluh serta menyalahkan keadaan, aku terlalu takut akan sikap pasanganku kelak sepertimu, sehingga setiap kali ada yang mirip, dan ketika aku ada di masa aku sangat mencintainya, bisa memudar begitu saja karna rasa takut itu, dan membuat diriku menjadi tidak mempunyai rasa apapun namun mempertahankan hubungan atas dasar kasian, tidak enak, dan takut melukai, beberapa kali mengulang selalu seperti itu, aku jadi berpikir, apakah ada yang salah dengan diriku?

Papa, banyak sekali hal yang semakin hari semakin membuatku takut, banyak sekali secara tiba tiba yang membuatku merasa tertekan, namun sering kali juga, aku menutupinya dengan sikap tidak peduliku,

17.04

Kedua, setelah beliau yang melukai saya, ada dia.
Yang sempat tiap harinya saya banggakan, yang selalu saya cintai tiap harinya. Tapi, nyatanya, ia tidak seperti pada awalnya.
Setiap hari, aku berbohong pada Ibuku, demi laki laki yang katanya teramat mencintaiku.
Setiap hari, aku pikul sendiri luka yang bermula aku tahan mengatasnamakan cinta.
Setiap hari, aku yang semakin membantu luka ku menganga.
Tidak memperdulika apa yang Ibuku bilang, dan sangat teramat mempertahankan cinta.
Tapi,
Nyatanya ia yang saya cintai,tidak seperti apa yang dia katakan, yang dia sampaikan, tentang bagaimana dirinya.

00.14

Aku kira aku berhasil keluar dari semua cerita masa laluku, rupanya, aku selalu bersembunyi dibalik kalimat "aku mau membahagiakan aku", yang pada kenyataannya; aku hanya berpura-pura bahagia untuk orang lain. 

Aku kira aku berhasil berdamai dengan aku, rupanya, aku hanya berusaha damai untuk orang lain.

Dan, aku kira aku sangat menyayangi aku, rupanya, aku yang terlalu memaksa membuat aku bisa disayangi selalu oleh orang lain.


12.41

 HUAAAA DIBUAT SHOCK TERAPI SAMA KABAR HARI INI MINGGU, 28 Februari 2021

Masih bener bener ngga nyangka, Seina Hariana meninggal secepet ini, stelah a agus yang bener bener orang rumah kenal deket sama mama, dan masih ngerasa kaget juga karna astaga dia cinta monyet jaman aku ingusan bgttttt, inget bgt waktu nginep dirumah teh imel dikos kosannya sengaja bgt biar bisa keluar rumah malem2 nongol dr jendela liat keluar ada seno nungguin cuma buat random talk, dulu, setiap aku jomblo dia selalu yg siap gapapa hayu kalau aku minta anter kemana mana, dan terahir udah taun 2019an kl gasalah dan kl 2020 lebih ke komunikasi aja dan plan buat ngopi yg ga pernah kesampaian sampe seno sakit, aku selalu hayu hayu jadwalin tp gak pernah jadi, sampe pernah dia dm ai ngopi sm aku gajadi wae, dan terahir ketemu pun dia cerita "sa ayena benget abi jd goreng nya" aku cuma ketawa aja krn sm dia yg logat ngobrol kl sunda sunda bgt trs indo campur sunda, aku sedih tp gabisa nangis, pengen nangis tapi asa gimana gt karna nyesel aja waktu kamu sakit aku ga nyempetin buat nengok selalu menyibukan urusan yg sebenernya aku bisa manage lg dgn baik, sampe buat ketemu yg terahir kali aja aku ga nyempetin, cuma pernah liat kamu lewat story instagram yg udah kurus bgtttttttt, dan aku cuma komen nanya km sakit apa, sama ngedoain km cepet sembuh, setelah itu aku subuh tadi dapet kabar kamu pergi......

gila no secepet itu, aku masih ngga nyangkaaaa, pernah sesekali ngobrolin soal pacar pacaran, aku menegaskan ke kamu dan bilang, aku mah gamau pacaran sama yang seumuran, yaallaaahh nooo, makasih banyakkk yaa kamu masih baik sama aku disaat kamu lagi sehat kamu bener bener selalu bisa ketika aku minta tolong, aku bener bener ga nyangka, aku pikir kamu ga seberat ini nahan sakitnya:'((((((((

aku sekarang lagi kebingungan sama kaya deg aja gitu di dada teh, mau nangis gabisa, mau ga nangis asa ngabagel, asa bingung:'((((((